Babinsa Peltu Edi Rosadi Gagas Renovasi Sumur Jangkung Ancaran, Pemdes: Kita Anggarkan

Babinsa Peltu Edi Rosadi Gagas Renovasi Sumur Jangkung Ancaran, Pemdes: Kita Anggarkan
Babinsa Ancaran Peltu Edi Rosadi bersama Kadus Puhun M Soleh dan 2 warga setempat, saat meninjau lokasi Sumur Jangkung sebagai sumur keramat yang akan segera direnovasi, Senin (14/4/2025). Foto: Mumuh Muhyiddin/Siwindu.com
April 14, 2025 397 Dilihat

Siwindu.com – Sebuah inisiatif pelestarian situs sejarah kembali digagas oleh Babinsa Desa Ancaran, Peltu Edi Rosadi. Ia berencana merenovasi Situs Keramat Sumur Jangkung, atau yang juga dikenal sebagai Sumur Kemulyaan, yang terletak di Blok Pachinan RT 005 RW 001, Dusun Manis, Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan.

Sumur ini dikenal sebagai sumber mata air yang tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau paling ekstrem. Selain keajaiban alam tersebut, Sumur Jangkung juga menyimpan jejak sejarah penting, termasuk keterkaitan dengan komunitas Tionghoa dan tokoh sejarah Nyi Mas Ratu Ong Thien Nio, istri keempat Sunan Gunung Djati.

Peltu Edi Rosadi mengungkapkan, renovasi ini didorong oleh kondisi situs yang kini sangat memprihatinkan. Ia menilai Sumur Jangkung layak untuk dikembalikan fungsinya sebagai ruang spiritual dan sejarah yang representatif.

“Keberadaan Situs Keramat Sumur Jangkung yang penuh dengan nilai sejarah inilah yang menggugah rasa kepedulian serta empati saya untuk mencoba merenovasinya. Tujuannya agar situs ini menjadi tempat yang lebih layak dan nyaman digunakan kembali, baik oleh warga sekitar maupun luar Desa Ancaran,” ujar Peltu Edi, usai meninjau lokasi Sumur Jangkung, Senin (14/4/2025) siang.

Tak hanya itu, Peltu Edi juga menyebut air dari sumur tersebut masih digunakan masyarakat sekitar, bahkan menjadi bagian penting dalam ritual warga etnis Tionghoa saat Imlek.

“Banyak warga etnis Tionghoa dari berbagai daerah datang ke sini untuk mengambil air sumur Jangkung. Airnya diyakini mengandung karomah dan keberkahan,” tambahnya.

Terkait pendanaan, pihaknya berupaya menggandeng para donatur, termasuk komunitas Tionghoa yang memiliki keterikatan historis dengan situs ini.

“Kami akan mencari sumber dana dari mereka yang pernah merasakan manfaat air sumur ini, terutama dari komunitas Tionghoa. Kami juga berencana melobi Wakil Bupati Ibu Hj Tuti Andriani, yang berdasarkan pitutur (cerita, red) warga, keluarganya pernah bermukim di Kampung Pachinan sebelum pindah,” kata Peltu Edi.

Baca Juga:  Babinsa Tangkap 2 Pedagang di Kuningan, Diduga Edarkan Obat Terlarang

“Dengan tertata rapih dan lebih representatif, Sumur Jangkung bisa dijadikan ikon baru Desa Ancaran yang tidak hanya memiliki nilai spiritual, tapi juga daya tarik budaya dan wisata sejarah,” sambungnya.

Kepala Dusun Puhun, Desa Ancaran, M Sholeh, menambahkan bahwa situs ini dekat dengan bekas lokasi Klenteng China Ancaran, yang dahulu menjadi pusat persembahyangan etnis Tionghoa di desa tersebut. Sayangnya, klenteng itu hancur saat masa penjajahan akibat konflik antara mata-mata Belanda dan warga Tionghoa yang dianggap pro Jepang.

“Sekarang hanya tersisa sebuah tiang pancang sebagai penanda keberadaan klenteng itu. Altar persembahyangannya kini tersimpan di Klenteng Kun Au Tong, Jalan Siliwangi Nomor 44 Kuningan,” ungkapnya.

Ia juga mengisahkan keberadaan sebuah petilasan di sekitar sumur, yang diyakini merupakan tempat persinggahan Nyi Mas Ratu Ong Thien Nio, putri Kaisar Tiongkok dan istri Sunan Gunung Djati.

“Ini jadi bukti bahwa Ancaran pernah menjadi tempat tinggal etnis Tionghoa sejak abad ke-15. Bahkan keluarga Wakil Bupati sekarang pernah mengungsi dari kawasan ini saat konflik, lalu menetap di Desa Babakanreuma,” jelas Sholeh.

Rencana renovasi sukur keramat ini mendapat dukungan dari Pemerintah Desa Ancaran. Kepala Desa Mugni SPd, melalui Sekretaris Desa Ade Wahyudin, memastikan alokasi anggaran rehabilitasi Sumur Jangkung telah masuk dalam APBDes 2025.

“Kegiatan ini merupakan stimulan awal untuk menjaga dan melestarikan Sumur Jangkung yang dipercaya sebagai salah satu situs bersejarah penting di wilayah Ancaran. Melalui ini, kami ingin menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap nilai sejarah dan budaya lokal,” ujar Ade.

Pemerintah desa juga telah berkoordinasi dengan Babinsa dan BUMDes Ancaran untuk mulai pengerjaan renovasi pada akhir April atau awal Mei 2025.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *