Tarif Impor Baru AS Bikin Negara-negara Ini Diprediksi Untung, Indonesia Waswas

Tarif Impor Baru AS Negara-negara Ini Diprediksi Untung, Indonesia Waswas
April 9, 2025 63 Dilihat

Siwindu.com – Kebijakan tarif impor baru sebesar 32 persen yang diberlakukan Amerika Serikat mulai Selasa, 9 April 2025, menuai perhatian global. Sejumlah negara berkembang justru diprediksi akan diuntungkan dari gelombang proteksionisme ini, sementara negara-negara eksportir seperti Indonesia menghadapi risiko kehilangan daya saing di pasar AS.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump secara resmi mengumumkan kebijakan tarif tinggi terhadap berbagai komoditas dari beberapa negara, termasuk Indonesia. Langkah ini diklaim sebagai upaya untuk melindungi industri dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada produk luar negeri.

Baca Juga: Pemerintah Indonesia Kirim Surat Negosiasi Tarif ke AS, Respons atas Kebijakan Impor Baru

Namun, negara-negara seperti Brasil, Mesir, dan Singapura disebut akan menjadi pihak yang mendapat keuntungan dari kondisi ini.

“Ketika negara-negara besar dikenakan tarif tinggi, pembeli dari AS cenderung mencari pemasok alternatif. Di sinilah negara-negara seperti Brasil dan Mesir memiliki peluang untuk mengisi kekosongan tersebut,” ungkap ekonom global dari Capital Economics, Neil Shearing, dikutip dari Reuters, Selasa (9/4/2025).

Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa negara-negara dengan struktur produksi serupa dan hubungan dagang netral dengan AS akan lebih cepat mengisi celah perdagangan yang ditinggalkan oleh negara yang terkena tarif. Singapura, sebagai pusat logistik dan reekspor di Asia Tenggara, juga diperkirakan akan mendapat limpahan permintaan.

Sementara itu, pemerintah Indonesia menyatakan keprihatinannya atas kebijakan tersebut. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengirim surat resmi ke pemerintah AS untuk meminta peninjauan ulang tarif terhadap produk-produk ekspor Indonesia.

“Surat resmi telah dikirim dan sudah diterima oleh pemerintah AS. Kita akan menempuh jalur diplomatik dan mengedepankan negosiasi agar ekspor Indonesia tetap kompetitif,” ujar Airlangga, dikutip dari Kompas.com, Rabu (9/4/2025).

Direktur dan Pendiri Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menilai bahwa Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasar ekspor agar tidak bergantung pada negara-negara yang cenderung menerapkan proteksionisme.

Baca Juga:  Depresiasi Rupiah ke Rp17.000: Cermin Ketidaksiapan Otoritas Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Bukan Sekedar Trump

“Ketika tarif tinggi diterapkan, biaya logistik dan pajak akan naik, membuat produk kita tidak kompetitif. Indonesia harus segera memperkuat pasar non-tradisional seperti Afrika dan Asia Selatan,” ujar Bhima.

Sejauh ini, belum ada kepastian apakah AS akan mencabut atau meninjau ulang kebijakan tarif tersebut dalam waktu dekat. Namun, negara-negara yang mampu merespons cepat dan menyesuaikan kapasitas produksinya, diyakini akan mendapat peluang besar dalam peta perdagangan global baru yang sedang terbentuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *