Si Windu: Jejak Kuda Perang dan Semangat Kuningan yang Melesat hingga Jakarta

Si Windu: Jejak Kuda Perang dan Semangat Kuningan yang Melesat hingga Jakarta
Ilustrasi Kuda Si Windu ditunggangi Pangeran Adipati Ewangga, Kuningan. (Foto: ilustrasi/siwindu.com)
4 minggu ago 127 Dilihat

Siwindu.com – Di balik ketenangan alam pegunungan dan keramahan masyarakatnya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menyimpan kisah heroik seekor kuda yang kini menjadi simbol kebanggaan daerah, Si Windu. Lebih dari sekadar hewan tunggangan, Si Windu merupakan saksi bisu dari pertempuran, perjuangan, dan pengabdian seorang tokoh besar dari tanah Kuningan, Adipati Ewangga.

Dari Kaki Gunung Ciremai, Lahirlah Legenda

Dilansir dari berbagai sumber, kisah Si Windu bermula dari abad ke-15, saat Kuningan masih berupa wilayah kekuasaan lokal yang mulai bergabung dalam hegemoni Islam di bawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati. Adipati Ewangga, salah satu panglima kepercayaan Sunan Gunung Jati, menerima seekor kuda istimewa bernama Si Windu. Kuda ini dipercaya berasal dari Sumbawa, berpostur kecil, tapi memiliki kekuatan dan kecepatan luar biasa.

Kisah keberanian Adipati Ewangga tak bisa dilepaskan dari kesetiaan Si Windu. Dalam berbagai pertempuran, termasuk ketika ikut membantu menaklukkan wilayah Galuh, Wiralodra (kini Indramayu), hingga Banten dan Sunda Kelapa, Si Windu selalu menjadi penopang utama pergerakan sang panglima.

Jejak yang Tersisa dan Tiga Versi Makam Si Windu

Menariknya, kisah Si Windu yang melegenda ini menyisakan misteri tentang tempat peristirahatan terakhirnya. Masyarakat lokal mempercayai ada tiga versi lokasi makam Si Windu, di Astana Gede Cipicung, Sindangkasih, dan Sidapurna. Hingga kini, belum ada titik terang mengenai lokasi sebenarnya, namun situs-situs tersebut tetap menjadi tempat yang dikeramatkan dan dijaga warga.

Nama Winduhaji, sebuah Kelurahan di Kabupaten Kuningan, diyakini diambil dari nama sang kuda. Bahkan sebagian menyebut, Winduhaji berarti “Kuda Agung”, sebagai penghormatan terhadap jasanya dalam sejarah Kuningan.

Dari Kuningan ke Jakarta: Ketika Semangat Si Windu Menggema di Ibu Kota

Baca Juga:  Dandim dan Istri Ajak Puluhan Anak Yatim Ngabuburit, Naik Delman Keliling Kota Kuningan

Cerita Adipati Ewangga dan Si Windu tak hanya berhenti di tanah Jawa Barat. Ketika pasukan gabungan dari Cirebon, Banten, dan Demak berjuang merebut Sunda Kelapa dari kekuasaan Portugis pada tahun 1527 (kelak berganti nama menjadi Jakarta), nama Kuningan turut tercatat dalam sejarah. Adipati Ewangga dan pasukannya ikut dalam ekspedisi militer besar ini, menjadikan semangat Kuningan bagian dari berdirinya kota pelabuhan yang kini menjadi ibu kota negara.

Tak heran, di Jakarta kini terdapat Jalan Kuningan, sebuah kawasan elit yang menjadi pusat diplomatik dan bisnis. Meskipun banyak orang tak menyadari, nama Kuningan di kawasan itu merupakan bentuk penghargaan atas kontribusi nyata Kuningan dalam sejarah berdirinya Jakarta.

Kuda Si Windu, Lambang Perlawanan dan Kemandirian

Kini, patung-patung kuda tegak berdiri di beberapa titik di Kabupaten Kuningan. Bukan sekadar ornamen kota, patung kuda ini adalah simbol semangat, kekuatan, ketangkasan, dan kesetiaan yang diwariskan dari sosok Si Windu. Meski secara geografis Kuningan bukan wilayah peternakan kuda, julukan “Kota Kuda” melekat erat sebagai bentuk penghormatan terhadap sang legenda.

Semangat Si Windu juga terus hidup dalam falsafah pembangunan daerah. Geliat pembangunan yang berpihak pada masyarakat, penguatan peran desa, hingga kebijakan pemberdayaan lokal merupakan bentuk nyata dari semangat berlari seperti Si Windu, cepat, lincah, tapi tetap membumi.

Warisan yang Menginspirasi Generasi Muda

Bagi masyarakat Kuningan, Si Windu bukan hanya tokoh dalam cerita rakyat. Ia adalah simbol keteladanan, setia dalam pengabdian, kuat dalam menghadapi tantangan, dan tak pernah lelah berlari menuju masa depan. Di tengah modernisasi, legenda Si Windu terus diceritakan dari mulut ke mulut, dari sekolah hingga forum budaya.

Baca Juga:  Kuda Lumping Panyosogan: Warisan Mistis yang Tetap Hidup di Tengah Modernisasi

Kisahnya mengingatkan semua bahwa perjuangan besar bisa dimulai dari tempat yang kecil, bahkan dari seekor kuda dan seorang panglima dari tanah yang sejuk di kaki Gunung Ciremai. Dari Kuningan ke Jakarta, dari masa lalu menuju masa depan, semangat Si Windu tak pernah padam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *