Langkah ini diambil Trump sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap respons China dalam negosiasi dagang yang disebutnya “tidak menunjukkan rasa hormat.” Dalam pernyataan di akun media sosial resminya, Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif tinggi hanya diterapkan kepada China, sementara negara lain akan diberikan kelonggaran.
“Kita akan menunda tarif terhadap negara-negara yang bernegosiasi secara adil. China? Tidak. Mereka tidak menghormati kami,” ujar Trump seperti dilaporkan CNBC International pada Kamis (10/4/2025).
Kenapa Trump Naikkan Tarif?
Trump menilai kebijakan ini sebagai strategi untuk menekan dominasi manufaktur China yang selama ini dinilai membuat AS defisit perdagangan besar. Berdasarkan data U.S. Census Bureau, AS mengimpor barang senilai US$ 463 miliar dari China, sementara ekspor ke negeri Tirai Bambu hanya US$ 199 miliar per tahun, menghasilkan defisit sekitar US$ 264 miliar.
Baca juga: Trump Balik Ngegas! Tarif Impor China Jadi 104%!
China Siap Melawan Sampai Akhir
Pemerintah China tidak tinggal diam. Dalam pernyataan resmi Kementerian Perdagangan China yang dikutip Associated Press (AP), pihaknya menegaskan siap melakukan perlawanan penuh terhadap tekanan ekonomi AS.
“Jika AS bersikeras untuk lebih meningkatkan pembatasan ekonomi dan perdagangannya, China memiliki kemauan yang kuat dan sarana yang melimpah untuk mengambil tindakan balasan yang diperlukan dan berjuang sampai akhir,” tegas juru bicara Kementerian Perdagangan China.
Baca juga : China Balas Tarif Trump, Produk AS Kena Bea Impor hingga 84 Persen
Apa Dampaknya bagi Dunia?
Saling serang tarif ini dikhawatirkan memicu kenaikan harga barang konsumsi di AS serta memperlambat pemulihan ekonomi China yang tengah lesu. Para analis memperingatkan bahwa ketegangan ini juga dapat mengguncang pasar global, terutama negara-negara berkembang yang menggantungkan ekspornya pada kedua negara tersebut.
Ekspor utama AS ke China antara lain kacang kedelai, pesawat terbang, obat-obatan, dan semikonduktor. Sementara itu, produk seperti ponsel, komputer, mainan, dan pakaian menjadi andalan ekspor China ke pasar AS.
Bagaimana Respons Global?
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) belum mengeluarkan komentar resmi, namun sejumlah ekonom menyerukan agar kedua negara kembali ke meja perundingan demi mencegah kerugian ekonomi lebih besar di tingkat global.